Pengin buka usaha dagang? Pastinya lokasinya harus yang strategis. Nah, itulah jawaban yang paling jamak diberikan oleh para pelaku bisnis konvensional. Tempat bagi mereka adalah sebuah jaminan laku-tidaknya sebuah produk mereka, dengan tempat yang strategis pula, mereka beranggapan bahwa orang akan cepat tahu lokasi dagang kita.
Trus, bagaimana kalau kita tidak punya tempat yang strategis? Nah, itulah kebekuan pemikiran yang ingin saya pecahkan, berpikir out of the box. Bagi saya, tempat bukanlah sebuah jaminan laku-tidaknya produk kita. Namun, yang menjadi ujung tombak adalah bagaimana kita menyulap lokasi dagang itu dengan mantra “Bim salabim” menjadi suatu yang dicari.
Jaman sudah berubah, orang akan cenderung berpikir, jika tempat itu strategis, maka sewa tempat akan jauh lebih mahal, tentunya biaya sewa, pajak dan pengeluaran lainya akan turut dibebankan oleh konsumen. Konsumen makin cerdas, mereka akan lebih memilih barang dengan kualitas yang sama namun dengan harga yang lebih murah. Dengan tempat yang tidak strategis (bagi kalangan tertentu), maka otomatis akan berkurang jauh harga sewa dibandingkan dengan tempat yang trategis (missal: Pinggir jalan raya, mall, dll).
Tidak hanya faktor harga sewa semata, kini konsumen sekarang bergerak kearah dunia lain. Ya, dunia yang tak hanya sekedar belanja di tempat yang penuh lampu yang bergemerlap, desing suara mobil dan motor.
NAMUN, kenapa namunnya begitu besar. Ya, kini mereka mencari sebuah rasa eksotisme yang bebeda, rasa petualangan yang ranum, rasa kekeluargaan yang hangat seperti ketika meneguk teh bersama keluarga mereka.
Ya, itulah konsep kenapa Griya Batik Notonegoro hadir di tengah kampong, sebuah kampong seribu potensi marketnya belum terlirik oleh mata orang lain.
Kampung dengan keramah-tamahannya, kekeluargaan yang kental, kompak. Ya, kami hadir di Sadakan Lor Rt01/Rw03, Gumpang, Kartasura, Sukoharjo. Upz, di pojok Solo bung!
Ah, ada yang terlewat. Seribu potensi? Ya, lokasi kami berada di tengah pertumbuhan perumahan padat berjejal, sangat dekat dengan pabrik yang karyawannya ribuan, tidak jauh dari dua universitas yang mahasiswanya ribuan. Di sebuah kecamatan segitiga emas (Semarang-Jojga-Solo).
Kami akan membuktikan itu kepada dunia. Ya, karena kami yakin dan optimis, kami bisa membuktikan (dengan izin Allah SWT). Sejak resmi dibuka, tanggal 17 Juli 2010, Griya Batik Notonegoro hampir seminggu kami sudah mengadakan transaksi jual beli kurang-lebih 1 juta. Ya, hanya satu minggu, jika satu bulan? Satu tahun? Dengan manajeman yang kontemporer bercampur tradisional, dengan promo yang gencar, insya Allah kami bisa.
Mohon doanya semuanya, ya!
Jangan lupa datang ke Griya Batik Notonegoro sambil ngobrol dan minum teh bersama kami.
Hehe...inilah keramahan Solo bung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar